Friday, May 11, 2007

Bengkel motor, ladang subur bagi wirausahawan baru

Arif Nurochman
NPM. 04-043
Ekonomi Manajerial


Ledakan populasi sepeda motor beberapa tahun terakhir telah memacu kebutuhan jasa pemeliharaan dan perbaikan. Di sisi lain, daya tampung bengkel resmi yang terbatas membuka peluang bagi calon wirausahawan baru menggarap bisnis ini. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memproyeksikan populasi sepeda motor tahun ini mencapai sedikitnya 38,1 juta unit. Namun, kendaraan yang terlayani bengkel resmi (authorized) baru 18,24 juta, atau 47,88%.
Kesenjangan itu merupakan 'kue' yang bisa dimanfaatkan oleh bengkel-bengkel umum. Hebatnya lagi, peluang bisnis ini diperkirakan terus membesar, karena pertumbuhan bengkel resmi tak sanggup mengimbangi ledakan kebutuhan jasa pemeliharaan maupun perbaikan sepeda motor.
Pada 2005 daya tampung bengkel resmi sepeda motor mencapai 50,49%. Namun, pada 2007 tertekan menjadi kurang dari separuh populasi motor, yakni hanya 45,55%. Hal ini karena untuk menjadi bengkel resmi membutuhkan cukup banyak persyaratan, termasuk modal yang besar.
Kondisi ini tentu sangat berbeda dengan bengkel umum. Bengkel nonresmi memang tak selalu kecil, tetapi untuk membangun bisnis ini bisa dimulai dengan modal yang tak terlalu kecil. Berbeda dengan bengkel mobil, teknologi sepeda motor juga tak
terlalu rumit dan relatif mudah dipelajari, sedangkan peralatan maupun perlengkapan standar bengkel juga tak butuh investasi besar. Dari sisi pelanggan, bengkel ini selalu memiliki pasar yang tidak sekadar ditimbulkan oleh kesenjangan daya tampung bengkel resmi dengan populasi sepeda motor.
"Selalu ada pelanggan untuk bengkel jenis ini," ungkap Tonny Sumartono, Penasihat Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)-lembaga ini punya misi meningkatkan daya saing usaha kecil menengah berdasarkan kompetensi Astra.
Latar belakang pelanggan bengkel beragam, dari sisi pendidikan dan pendapatan. Mungkin saja banyak pemilik motor yang takut masuk ke bengkel authorized.
Selain itu, tak sedikit pemilik motor enggan ke bengkel resmi akibat jaraknya yang jauh di pusat kota. Banyak pemilik motor yang memilih bengkel terdekat.
Selain itu, tak sedikit pelanggan menjatuhkan pilihan bengkelnya karena karakter layanan atau hubungan 'pertemanan'. Dari sisi bayaran mungkin bisa dinego.
Abdul Wahid, pemilik bengkel Garuda Bhakti Motors di Karawang, Jabar, mengungkapkan pelanggan bengkelnya cukup memadai, meski tak berstatus authorized.
Wahid merintis bengkel setelah mengikuti pelatihan tiga pekan yang diselenggarakan YDBA dan Garuda Indonesia pada 1994. Beruntung, dia lulus terbaik sehingga dia mendapatkan bantuan modal dan peralatan, termasuk dibantu mencari lokasi usaha di Jl. Jatisari, dekat pasar Karawang.
Saat ini usahanya dijalankan sendiri. Wahid tidak mempekerjakan teknisi tambahan karena pelanggannya masih bisa ditangani sendiri, rata-rata lima motor per hari.
Garuda Bhakti Motors juga memperoleh tambahan pendapatan dari penjualan suku cadang dan pelumas. Produk ini bahkan cenderung mendominasi pendapatan.
"Banyak anak muda datang, mereka beli spare part. Tapi kalau [perbaikan] bisa ditangani sendiri, mereka hanya beli suku cadang." Selain mengutamakan kualitas layanan, Wahid memegang prinsip kejujuran dalam menjual jasa. Selain itu, harga jasa tentu harus bersaing. Apalagi, di kiri dan kanannya cukup banyak bengkel serupa.
Tak harus menjadi seperti Wahid, bagi calon wirausahawan baru, yang bermimpi punya bengkel tapi tak punya modal, ada cara lain. Lulus pelatihan mereka punya sertifikat kompetensi, bisa bekerja dulu atau magang kerja.
Data & proyeksi densitas bengkel motor *)
unit) 2005 2006 2007**
Sepeda motor 33.193.076 38.108.997 42.396.343
Bengkel 22.344 24.329 26.354
Densitas 1.486 1.566 1.647
Sumber: YDBA, AISI, 2005
Ket:*) bengkel resmi (authorized)
**proyeksi
Menurut Mohammad Iqbal, Manajer YDBA, menjadi wirausahawan bengkel tak sekadar perlu penguasaan tentang mekanik, tapi juga harus paham manajemen bengkel. Oleh karena itu, pelatihan pun mencakup keduanya. Pelatihan mekanik mencakup dasar-dasar mesin, sistem bahan bakar, elektrikal, bongkar-pasang mesin, alat ukur service tangan maupun
khusus, serta perawatan dan penyetelan.
Pelatihan manajemen bengkel meliputi materi peluang bisnis bengkel, lay-out bengkel, alur kerja dan administrasi bengkel, sikap kerja, kepuasan pelanggan, promosi, dan penyusunan rencana kerja.
Di akhir pelatihan, peserta wajib mengikuti ujian teori maupun praktik. Tentu saja, sertifikat bukan yang terpenting tapi penguasaan ilmu dan praktik menjadi wirausahawan baru.
Bila hal ini terwujud, niscaya akan mengurangi jumlah kaum muda menganggur di Indonesia yang tahun lalu mencapai 10,85 juta. Setidaknya, ladang bisnis yang subur ini, bisa menjadi alternatif untuk menghambat pertumbuhan pengangguran.
Di daerah Tak hanya itu, populasi motor di pelosok yang terus bertambah telah
membuka peluang bisnis bengkel di daerah, sekaligus menekan laju urbanisasi kaum muda.
Pertambahan motor di daerah diproyeksi lebih cepat karena kota besar, seperti Jakarta dan provinsi makmur, sudah padat sepeda motor. Saat ini, tingkat kepemilikan motor di Indonesia melampaui 10 orang per unit kendaraan. Di Jakarta dan provinsi makmur kepadatan dua kali lebih tinggi, mendekati lima orang per unit. Diperkirakan kejenuhan perkembangan pasar motor terjadi saat kepemilikan motor mencapai lima orang per unit motor. Pada saat itu penduduk Indonesia mencapai 300 juta orang dan pendapatan per kapita bisa US$3.500 -US$4.000.
Dari perkiraan ini pasar domestik baru akan jenuh setelah mencapai kepemilikan total 60 juta motor. Bila persentase penggantian diperkirakan 10% per tahun, pada saat itu kebutuhan pasar per tahun masih akan mencapai 6 juta motor dibandingkan kebutuhan pasar 2004 sekitar 4,1 juta unit.
Karena itu, kebutuhan sepeda motor masih akan berkembang terus dalam satu dekade mendatang meskipun tingkat perkembangannya akan berkurang di masa mendatang. Sejalan dengan hal itu, peluang jasa layanan pemeliharaan maupun perbaikan juga terus berkembang.

Penguatan bengkel
Potensi besar bengkel kecil diakui hampir semua prinsipal. Mereka seperti berlomba-lomba untuk menggandengnya. Astra misalnya, pemimpin pasar sepeda motor di Indonesia ini juga getol melakukan penguatan kemampuan bengkel umum melalui YDBA.
Sejak beberapa tahun YDBA telah merancang konsep Mitra Aspira, standar bengkel resmi satu kelas di bawah AHASS. Bengkel ini awalnya merupakan bengkel 'gurem' yang dibina sehingga bisa naik kelas.
Tahun ini, YDBA membina 100 bengkel skala kecil yang akan diseleksi menjadi bengkel Mitra Aspira. YDBA saat ini masih memprioritaskan bengkel yang ada di kawasan Jabodetabek. Selain Astra, prinsipal sepeda motor lokal Kanzen juga agresif
merangkul bengkel-bengkel kecil. Saat ini sudah ada 68 unit bengkel di Jabodetabek, Kalimantan Timur, dan Jawa Timur sudah dijadikan bengkel Mitra Kanzen.
Mitra Kanzen memiliki tiga fungsi, yakni promosi, outlet penjualan motor, dan pusat layanan purnajual. Dalam hal promosi, Kanzen akan memberikan bantuan pembenahan
bengkel, pemasangan poster dan stop light. Pabrikan motor ini juga memberikan bantuan peralatan bengkel dan asistensi teknis bagi para teknisi.
Di samping itu, fungsi sebagai outlet penjualan diharapkan bisa mendorong ekspansi merek motor tersebut sekaligus menjadi pusat pendapatan tambahan bagi pemilik bengkel.
Bengkel juga akan difungsikan sebagai pusat layanan purnajual bagi sepeda motor Kanzen. Pemilik bengkel bisa mengklaim pembayaran jasa perbaikan atau pemeliharaan kepada prinsipal yang menerbitkan kartu garansi.
"Bengkel ini tidak tertutup hanya untuk merek Kanzen tapi juga bisa menerima merek-merek yang lain. Bagi Kanzen, bengkel tidak sekadar menjadi cost centre [pusat biaya] tapi juga gerai penjualan," kata Direktur Pemasaran Kanzen Hermawan Lukiyanto.
Bagi bengkel kecil, kemitraan dengan prinsipal tentu saja akan menguatkan mereka dalam memanfaatkan ladang subur bagi pertumbuhan wirausahawan baru.

1 comment:

Sea Heaven said...

bisnis bengkel motor ini memang akan sangat prospektif mengingat pertumbuhan jumlah unit sepeda motor di Indonesia.